Monday, April 12, 2010

Berta'aruf dengan Si Hidayah

Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.
(QS. Al-Fatihah [1]: 6)

Kata ihdinaa (tunjukkanlah kami) dalam ayat di atas merupakan bentuk kata perintah (fi’lu al-amr) dari kata hada-yahdii. Hada-yahdii sendiri artinya adalah memberi petunjuk kepada hal-hal yang benar. Kata hidayah merupakan bentuk fi’lu al masdar dari kata ini. Dalam Tafsir Munir karya Dr. Wahbah Az Zuhaily, hidayah ada lima macam. Satu hidayah ke hidayah yang lain bersifat hierarkis, di mana hidayah yang ada di bawahnya akan menyempurnakan hidayah yang ada di atasnya. Jadi semakin ke bawah maka semakin tinggi nilainya. Adapun kelima hidayah tersebut adalah sebagai berikut :


Pertama, hidayah ilhami.


Hidayah ini adalah fitrah yang Allah SWT berikan kepada semua makhluk ciptan-Nya. Contohnya, Allah SWT memberikan hidayah ilhami kepada lebah yang suka hinggap di bunga untuk mengambil saripatinya, dapat membangun sarang yang menurut para ahli adalah desain yang paling sempurna berdasarkan fungsinya. Seorang bayi yang lapar diberi hidayah ilhami oleh Allah SWT untuk menangis dan merengek-rengek pada ibunya agar diberi ASI. Siapakah yang mengajari lebah dan bayi tadi untuk melakukan hal tersebut? Tentunya kita yang beriman kepada Allah SWT akan menjawab: itulah kekuasaan Allah SWT yang telah memberikan hidayah ilhami kepada makhluk-Nya. Semua makhluk yang diciptakan Allah SWT akan menerima hidayah ini. Dalam bahasa kita, hidayah ilhami ini adalah insting, yang merupakan tingkat inteligensi paling rendah.


Kedua, hidayah hawasi.


Hidayah hawasi adalah hidayah yang membuat makhluk Allah SWT mampu merespon suatu peristiwa dengan respon yang sesuai. Contohnya adalah, ketika manusia mendapatkan kebahagiaan maka ia akan senang dan jika mendapatkan musibah maka ia akan sedih. Dalam istilah kita, hidayah hawasi ini adalah kemampuan inderawi.
Hidayah hawasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Maka respon yang ditimbulkan dari sebuah peristiwa sangat tergantung dengan lingkungan kita. Jika lingkungan itu normal maka respon kita akan normal. Misalnya, orang yang mendapatkan musibah akan sedih karena lingkungannya mengajarkan untuk merespon peristiwa tersebut dengan bersedih. Di lain tempat dan waktu mungkin saja respon ini berubah karena lingkungannya merespon dengan hal yang berbeda. Maka untuk mendapatkan hidayah hawasi ini kita harus membuat atau mengondisikan agar lingkungan kita normal alamiah.


Ketiga, hidayah aqli (akal).


Hidayah akal adalah hidayah yang diberikan khusus pada manusia yang membuatnya bisa berfikir untuk menemukan ilmu dan sekaligus merespon peristiwa dalam kehidupannya dengan respon yang bermanfaat bagi dirinya. Hidayah akal akan bisa kita miliki manakala kita selalu mengambil pelajaran dari segala sesuatu, segala peristiwa, dan seluruh pengalaman hidup kita ataupun orang lain. Allah SWT berfirman:
“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan bagi mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) sebagai pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai wawasan”. (QS. Al-Hasyr [59]: 2).
Yang dimaksud dengan ahli Kitab dalam ayat ini ialah orang-orang Yahudi Bani Nadhir pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah. Merekalah yang mula-mula dikumpulkan untuk diusir keluar dari Madinah karena mereka mengingkari Piagam Madinah.
Ayat ini memerintahkan kita untuk senantiasa mengambil hikmah dan ‘ibroh dari segala kejadian dalam kehidupan ini, dengan harapan kita tidak terjebak pada permasalahan yang sama. Hidayah akal ini akan bekerja dengan ilmu yang diperoleh, dari proses pembelajaran kehidupan yang telah dilakukan, yang kemudian digunakan untuk memilih respon yang terbaik bagi diri di masa mendatang. Semakin banyak kita mengambil pelajaran maka semakin tinggi kualitas hidayah akal kita.
Namun Hidayah akal ini mempunyai keterbatasan dalam menyeragamkan respon terhadap sebuah kejadian untuk seluruh manusia. Ada pepatah “lain ladang, lain pula belalangnya. Lain kepala, lain pula isinya.”Mungkin respon tertentu baik menurut kita, akan tetapi belum tentu baik menurut orang lain. Maka diperlukan sebuah standar untuk menyeragamkan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang hak dan mana yang batil. Jawaban untuk hal ini ada pada tingkatan hidayah selanjutnya.


Keempat, hidayah dien (agama).


Hidayah agama adalah sebuah panduan ilahiyah yang membuat manusia mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang baik dan yang buruk. Hidayah agama ini merupakan standard operating procedure (SOP) untuk menjalani kehidupan. Tentunya yang membuatnya adalah yang Maha segala-galanya, yang menciptakan manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Karena yang Allah SWT tentukan, pastilah itu yang terbaik. Allah SWT berfirman :
”…. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216).
Maka apa saja yang ditentukan oleh agama, pastilah itu yang terbaik untuk kita. Hidayah agama ini bisa kita peroleh manakala kita selalu belajar dan memperdalan agama Islam ini.
Seperti Allah SWT tegaskan dalam Alqur’an:
”Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (Dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran [3]: 79).
Semua orang mampu mempelajari agama ini (Al Qur’an dan As Sunnah), akan tetapi tidak semua orang berkemauan untuk mengamalkan agama ini. Kemauan untuk mengamalkan agama akan berbanding lurus dengan sejauh mana kita bisa manggapai hidayah taufiq.


Kelima, hidayah taufiq.


Hidayah taufiq adalah adalah hidayah yang membuat manusia hanya akan menjadikan agama sebagai panduan hidup dalam menjalani kehidupannya. Hidayah taufiq ibarat benih yang Allah SWT semaikan di hati yang tidak hanya bersih dari segala hama penyakit, tetapi juga subur dengan tetesan robbani. Bersih dan suburnya hati akan terlihat dari pohon-pohon kebaikan dan amal yang tumbuh di atasnya. Hanya kesungguhan yang akan membuat kita pantas menerima hidayah taufiq dari Allah SWT. Firman Allah SWT :
”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-Ankabuut [29]: 69).
Maka tidak ada jalan lain agar kita mendapatkan Hidayah Taufiq Allah SWT, kecuali dengan jalan bersungguh-sungguh dan berjihad untuk menjalankan dan mengamalkan agama yang indah ini.



Penutup
Hidayah Allah SWT memerlukan perjuangan untuk mendapatkannya. Semakin besar perjuangan dan kesungguhan kita, maka insya Allah kita akan semakin mudah mendapatkannya, karena semuanya tergantung kepada usaha kita. Hidayah Allah SWT ibarat sinar matahari yang menyinari seluruh alam ini, dan kita adalah penerima sinar tersebut. Jika kita membuka diri dengan hati yang bersih maka kita akan mudah untuk mendapatkan sinar hidayah Allah SWT. Tapi jika kita menutupi hati dan diri kita dengan kotoran dan hama penyakit hati maka kita akan sulit untuk mendapatkan sinar hidayah-Nya.
Wallahu a’lam.

[Sumber: http://mforum3.cari.com.my/viewthread.php?tid=465056]

Thursday, February 18, 2010

Belajar Dari Penglihatan

Alhamdulillah, segala puji-pujian hanyalah milik Allah swt.

Semua makhluk wajib tunduk dan taat segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya.

Seperti yang dilafaz dalam doa iftitah "inna solati wa nusuki wa ma yahya wa mamati lillahi rabbil alamin" yang bermaksud "sesungguhnya solatku, ibadatku dan matiku hanya bagi Tuhan sekalian alam"

MASALAH

Sedikit perkongsian, aku sementara waktu ini  bekerja sementara sebagai tutor. Pelajar-pelajar terdiri daripada tingkatan 1 hingga tingkatan 3. Aku melihat mereka, teringat diri aku yang dahulu...huhu. Aku jadi tutor dalam pelajaran Bahasa Melayu. Kekadang dalam penulisan, aku sengaja memberi task karangan yang bertajuk masalah sosial dikalangan remaja. Hampir semuanya mampu memberi respon akan punca-punca terjadinya masalah sosial.

Tetapi,

Melihatkan mereka begitu bebas bergaul, bertepuk tampar, berpegangan tangan antara lelaki dan perempuan. Mendedah aurat dalam berpakaian. Bercakap pada perkara kurang sopan. Dan kurang beradab dalam menuntut ilmu. Dan juga sentiasa UPDATED dengan hiburan semasa. Lady Gaga, Raja Lawak dll.

Mungkin ada yang berkata "Alah, biasalah tu". Tetapi kebiasaan ini adalah salah dan berdosa. Mengenepikan agama.

Secara teori, mereka sudah tahu kenapa berlaku masalah sosial. Pengaruh rakan sebaya, ibu bapa yang kurang beri perhatian, kurang didikan agama dan sebagainya.

Samalah seperti aku yang dahulu. Tahu tetapi tak mahu. Cis, bodohnya aku waktu itu.
TURNING POINT

Ia bukan satu perkara mudah untuk mendapatkan titik tolak untuk berubah. Inilah hijrah. Dari jahil kepada ilmu. Dan sebaik-baik hijrah adalah kerana Allah swt. Taufiq dan Rahmat Allah adalah yang terbaik dan hebat. Tanpanya, hijrah seseorang itu belum tentu hijrah yang sejati dan tulen.

Mengharap rahmat semata-mata tidak berguna tanpa usaha. Ia perlu kepada integrasi usaha dari dalam dan luar. Yang dikatakan usaha dari dalam adalah keinginan dari individu yang bermasalah itu. Contohnya, bertemu dengan pegawai kaunseling atau ustaz untuk mengenalpasti masalah sebenar. Yang dimaksudkan usaha dari luar adalah manusia lain yan mengelilingi mereka yang bermasalah. Setiap insan perlu memainkan peranan membantu sesama manusia. Program dan aktiviti dakwah serta nasihat yang berterusan mampu menghidupkan suasana harmoni. Ambil berat, kunjung-mengunjung dan mengeratkan silaturrahim. Dalam erti kata memandu mereka bermasalah kepada cara hidup Islam yang sebenar.

Semua pihak bertanggungjawab dalam mengatasi masalah sosial dikalangan remaja kerana semakin hari parah. Zina, rogol, gangsterisma dll. Berita seperti sudah seperti biasa didada-dada akhbar.

Kita melihat:
1. Apakah kesan Program Khidmat Negara kepada masayarakat
2. Apakah kesan sistem pendidikan negara kita
3. Peranan agamawan dalam menujukkan usaha amar makruf dan nahi mungkar
4. Kemana Dasar Belia Negara ingin bawa belia-belia negara kita

Sama-sama kita bantu-membantu dalam hal ini. Kita cari jalan yang diredhai Allah untuk menyumbang jasa untuk mengatasi masalah yang makin parah ini.

Wallahua'lam..



Wednesday, January 6, 2010

Membiasakan Yang Betul, Membetulkan Yang Biasa


Salam ukhwah sahabat-sehabat sekalian,

Alhamdulillah, dengan izinNya dapat lagi aku hidup di bumi yang fana ini.
La ni aku bukan student lagi. Da gheja. Jd RA (Research Assistant) Tapi kat UiTM Penang gak. Tu yang depa tanya kat aku "Bila hang nak blah dari UiTM Penang?". Ada jugak ingat aku extend. Dorang tnya, "Sem lepas bkn abg da part 6 ke?"...Aku senyum je la. Da rezeki aku kat sini kan2x...Tp ada berasa jugak la tengok member2 ramai sambung dgree kat  Shah Alam..best wo..bayangkan Sarjana Muda Kejuruteraan Elektrik..hehe. Takpa2..rezeki aku kt lain.

Cuma kali ni lain. Dulu masa student aku, aku aktif dengan aktiviti pelajar. Kebajikan, akademik, ko-kurikulum, sosial dan banyak perkara lagi. Dan kini, aku melihat sahaja. Dah jd ex-student kan.

Tapi sedikit pengalaman aku dalam kepimpinan pelajar (dua penggal), aku melihat kebanyakan pelajar telah dicandu  pelbagai aliran pemikiran menyeleweng. Maksud aku di sini ialah refleksi kepada tajuk aku "Membiasakan Yang Betul, Membetulkan Yang Biasa".

Clubbing, overnight, disko, hotel 3 jam, bawa pasangan ke dalam rumah sewa dan yang sama jahat denganya adalah aktiviti-aktiviti  biasa bagi sesetengah kumpulan pelajar. Aku dengar sendiri kegiatan tidak bermoral ini dari kawan aku yang juga terlibat aktif suatu ketika dulu. Dia bagi tau dah banyak kali AJK surau taman rumah sewa tempat dia tinggal dan pegawai keselamatan UiTM dtg ambush rumah dia kerana ada perkara sumbang.

Faktor-faktor kepada kejahatan ini memang banyak. Tambahan media hari ini bebas mendoktrin minda mahasiswa tentang keseronokan bila di kampus, jauh dari pandangan ibu bapa. Budaya cinta di kampus ibarat satu kemestian, seperti begitu pelik jika ada yang mengatakan "Aku xda pakwe/aku tak de makwe". Ini ancaman besar kepada bakal pemimpin-pemimpin negara. Seawal remaja telah kenal kepada cinta manusia tetapi tewas dalam usaha mencari cinta yang kekal iaitu kepada Pencipta.

Aku pernah berbual dengan sorang ustaz di Pusat Islam. Dia meluahkan rasanya. "Ustaz ni depa buat macam daun kari. Bila nak  bagi rasa, depa buh dalam gulai. Masa makan depa asingkan tepi pinggan". Dia tujukan pada pemimpin-pemimpin pelajar atau pihak penganjur program. "Bila mai program ada baca doa panggil kita". Tapi pengisian program, lagho sungguh. Apa ingat Islam ni setakat baca doa ja ka?..

Aku  ingat ada satu hadis, kalau kita ajaq satu benda baik dengan orang dan orang tu ajaq benda baik tu pada orang lain pulak dan selagi benda baik itu diulang perbuatannya, maka sampai ke akhiratlah pahala kita akan bertambah-tambah. Manakala yang ajar benda jahat (lagho), dan diikut oleh orang lain, maka sampai akhirat jugalah  dosa dilipat-lipatkan. Hangpa crilah sapa perawi hadis ni. Kalau tak percaya pi tanya ustaz.

Aku berpesan pada diri aku dan pembaca sekalian, hisablah diri kita sebelum kita dihisabkan. Teruskan mencari ilmu supaya reti (tahu) nak bezakan perkara biasa dengan perkara yang betul. Tak semestinya perkara yang kita biasa buat itu betul.

Ok lah, takat tu dlu.
Wallahua'alam.